Tulisan ini merupakan simpulan dari video dibawah yang mencoba memahami gangguan jiwa pada remaja di Singapura. Tim wartawan mencoba melihat fenomena ini dengan 2 cara: menyebarkan questionaire ke berbagai kelompok remaja, dan mewawancarai secara mendalam beberapa orang remaja dan praktisi dibidang ini. Artinya mereka tidak hanya paham permasalahan dalam skala besar melalui questionaire yang disebarkan, namun juga secara mendalam melalui wawancara dengan beberapa orang. Mulai dari sumber masalah dan reaksi anak-anak ini, termasuk keinginan bunuh diri di usia 4 – 20an tahun.
Sebelum membaca ini, harap pahami bahwa tulisan ini berfokus pada kesalahan orang tua terhadap cara mendidik anaknya. Namun, ada juga kisah dimana anak yang mendapatkan orang tua yang bertanggung jawab, baik dan lembut, namun si anak tidak bersyukur, suka menyalahkan, tidak mau berjuang untuk belajar atau membantu lebih banyak, dan kasar. Tulisan tentang itu di lain kesempatan.
#MASALAH
Berikut adala 3 masalah utama yang menyebabkan gangguan jiwa/psikologis pada remaja.
#Masalah 1: Akademik:
Salah satu yang paling berkesan adalah kisah seorang remaja perempat yang Ibunya seorang guru musik. Ketika masih kecil, dia kadang kala membuat kesalahan dalam memainkan alat musiknya, Ibunya akan menyeretnya keluar kelas lalu memukulinya. Dia hanya bisa merespon dengan terisak, “Bu, cukup. Jangan pukul lagi. Sakit sekali Bu!”. Ibunya tidak perduli dan terus memukuli sampai anaknya pipis dicelana. “Ya tuhan, sampai kapan ini akan berakhir?”, pikir anaknya.
#Masalah 2: Sosial media:
Ketika mendapatkan nilai kurang baik dikelas, para remaja ini mulai menyalahkan atau bahkan merendahkan dan menghina diri sendiri. Ini otomatis terjadi. Untuk melupakan hal tersebut, mereka lakukan dengan bertemu teman-teman baik secara offline maupun online. Namun, kadang kala pertemanan pun seringkali seputar pekerjaan rumah yang harus diselesaikan atau jadwal pelajaran atau ujian. Bukan pertemanan dimana bisa saling bermain dan bersenang-senang.
Lalu mereka mencoba hal lainnya. Eksis disosial media. Ketika mendapat like atau tambahan follower, hal ini menimbulkan kesenangan dan membuat mereka lupa pada masalah yang ada. Namun, sosial media punya masalah sendiri. Misalnya, salah satu remaja yang bermain tiktok untuk melupakan nilai akademiknya yang lagi turun, malah mendapat ejekan “gemuk” disosial media. Hal ini membuat dia sangat jatuh dan bahkan ingin membunuh dirinya.
#masalah 3: Pelecehan seksual
Terdapat ratusan kasus pelecehan seksual terhadap remaja di Singapura. Salah satunya adalah dilakukan kawan satu sekolah yang menyentuh bagian tubuh anak gadis ini dengan cara yang tidak senonoh. Ketika dilaporkan, malah anaknya yang disalahkan. Hal ini juga menimbulkan masalah gangguan jiwa pada remaja.
#AKSI REAKSI
#Reaksi Para Remaja
Orang tua perlu pahami reaksi yang remaja tunjukkan agar paham sejauh mana seorang anak mampu memikul sebuah beban atau tanggung jawab.
Diatas sudah dijelaskan beberapa reaksinya. Reaksi yang ada pada umumnya adalah usaha mereka melupakan masalah tersebut, baik dengan berkawan atau sosial media. Bisa juga dengan bermain musik, olahraga, piknik bersama keluarga, atau berbincang santai dengan orang tua dan keluarga, dan lain sebagainya. Beri mereka kesempatan untuk melupakan masalah mereka, dampingi mereka agar tidak menggunakan cara-cara yang membahayakan.
Reaksi lainnya adalah terus-menerus gelisah, tertekan, takut, tiba-tiba menangis tanpa ada alasan yang sama jelas, nilai tiba-tiba menurun drastis, dan lain sebagainya. Diantar yang mengejutkan adalah kebiasaan menyayat anggota badan sekedar untuk merasakan sakitnya, karena masalah yang dirasakan terasa begitu berat sehingga tidak mampu merasakan apapun.
#Reaksi orang tua dan Masyarakat
Ada orang tua yang paham hal ini dan mencoba menghabiskan waktu lebih banyak dengan anaknya. Ada satu orang tua yang bahkan mencoba menyukai film korea demi punya hal yang sama yang bisa dibicarakan dengan anak perempuannya. Ada juga orang tua yang mencoba mempelajari lebih dalam tentang hal ini melalui training dan bacaan2, atau sekedar berbicara dengan orang tua yang lain. Namun ada juga orang tua yang tidak mau ambil pusing karena dia sendiri juga punya beban jiwa dan perasaan, mungkin karena kondisi keuangannya, atau pekerjaan dan bisnisnya sedang bermasalah. Ada juga orang tua yang menyalahkan anaknya dan memaksa anaknya untuk lebih tegar, seringnya dia tidak tahu anaknya sudah pada titik nadir terakhir.
Komentar Terbaru