Banyak bangsa bertanya, “kenapa pendahulu kami dulu bisa menjadi kerajaan besar?, tapi kami tidak berhasil?”. Yang menarik dari pertanyaan ini adalah bagaimana setiap bangsa memiliki sejarah keemasan, dan mereka mempertanyakan hal yang sama. Namun, ada satu kesalahan mendasar dari pertanyaan ini. Rasisme. Yang membuat sebuah bangsa itu besar bukan karena dia berasal dari suku mana, tetapi karena ajaran prinsip-prinsip yang dipegang ketika itu.
Bangsa Indonesia misalnya ada kerajaan majapahit yang menguasai nusantara termasuk Malaysia, Thailand, dan seterusnya. Kesuksesan itu bukan karena orang Indonesia lebih pintar, kuat, atau bangsa pilihan tuhan. Atau kerajaan Aceh yang megah kuat oerkass dimasa Iskandar muda, bukan karena suku Aceh adalah suku terbaik dibandingkan suku-suku lain di nusantara. Namun karena ada prinsip-prinsip dasar yang dipegang dan dijunjung tinggi. Ketika prinsip itu tidak lagi mengaliri nadi setiap individu dalam suku tersebut, maka disitulah proses sebuah bangsa membunuhi dirinya.
Lalu apa prinsip-prinsip yang membuat bangsa-bangsa ini besar? Jawabannya adalah pada “prinsip-prinsip yang mengotomatisasikan kemajuan”. Otomatisasi adalah istilah yang digunakan dalam bisnis. Jika sebuah perusahaan ingin maju, secara bertahap dia harus mengotomatiskan setiap aspek bisnisnya, baik itu otomatisasi produksi barang/jasa, manajemen informasi, manajemen sumber daya manusia, dan seterusnya.
Nah, bagaimana sebuah bangsa bisa maju? Mereka harus menemukan prinsip-prinsip yang mengotomatiskan pilar-pilar kemajuan tersebut. Sebagaimana contoh bangsa Eropa yang mengamalkan prinsip “menjunjung tinggi individu”. Bertolak belakang dengan Confucius yang mengamalkan prinsip “menjunjung tinggi keluarga/komunitas”. Islam sendiri punya prinsip, “menjunjung tinggi wahyu”.
Prinsip-prinsip ini terlalu abstrak dan mendalam untuk dapat dipahami. Lalu prinsip-prinsip ini harus mampu bertahan lama agar berhasil. Karena itu buku merupakan alat yang terbaik untuk menyebarkan dan mempertahankan prinsip-prinsip tersebut.
Sebagai contoh buku Analects adalah kumpulan ajaran Confucius. Buku yang dianggap suci orang Cina. Ini salah satu ajarannya, “mengatur manusia dengan kekerasan akan mendisiplinkan mereka, tetapi tidak punya rasa malu. Arahkan manusia dengan sifat-sifat baik dan budaya akan mendisiplinkan mereka, tetap memiliki rasa malu, dan mendidik mereka”.
Selalu ada buku yang menjadi pondasi sebuah peradaban. Qur’an menolong bangsa Arab untuk bersatu lalu membangun peradaban Islam, Injil diterjemahkan ke bahasa Yunani lalu diadopsi oleh bangsa Romawi dan akhirnya menjadi pondasi peradaban eropa sampai sekarang. Lalu Analects, kumpulan ajaran dari pemikir Cina, Confucius, menjadi pondasi yang mendampingi bangsa Cina ketika berbentuk kerjaan, beralih ke Demokrasi, perang saudara, lalu bertransformasi menjadi negara komunis, dan sekarang menjadi salah satu kekuatan besar dunia.
Cara Agar Bangsaku Maju?

New Comment