Hidup seorang manusia atau sebuah organisasi/bisnis diarahkan oleh keputusan-keputusan. Keputusan diambil oleh pikiran. Karena itu cara berfikir sangat menentukan baik buruknya seseorang mengambil sebuah keputusan.

Masalah yang Muncul Karena Cara Berfikir

Saya melihat beberapa tim mengikuti lomba merancang bisnis menggunakan mekanisme berfikir yang sama. Satu dua orang memberikan ide, lalu yang lain menanggapi. Kemudian satu ide dipilih dari dua atau tiga ide tersebut. Setelah itu, penyusunan proposal bisnis pun disusun, mulai dari analisa kebutuhan pasar, produk yang ada, bentuk produk/servis, target kustomer, partner-partner bisnis, kemungkinan pemasukan, dan lain sebagainya.

Terlihat cara berfikir ini cukup normal. Namun ini bukanlah cara befikir yang ideal. Bagaimanakah seharusnya? sebaiknya dalam pertemuan pertama dimulai dengan membagi tugas mencari informasi ide yang telah ada, baik ide secara bebas di pasar atau dengan melihat tim yang menang 10 besar dalam lomba sebelumnya dan menganalisa kenapa mereka menang, mungkin karena desain produk/servisnya, pilihan pasar, kondisi kompetitor , ide yang unik, dll. Kemudian setiap anggota mempresentasikan hasil temuannya agar seluruh anggota memahami. Baru kemudian proses perancangan bisnis dimulai.

Ini yang disebut dengan cara berfikir lurus vs cara berfikir bercabang. Mudahnya tersebar hoax juga muncul karena kecenderungan berfikir lurus dan bukan bercabang.

Berfikri Lurus dan Bercabang

Dua cara berfikir ini telah lama dibahas, berfikir lurus dan berfikir bercabang. Dalam bahasa inggris dikenal dengan linear thinking (berfikir lurus) vs lateral thinking (berfikir bercabang). Seseorang yang terbiasa berfikir lurus biasanya menyelesaikan masalah sesuai urutan penyelesaian masalah tersebut. Misalnya permasalahan fisika dalam hal mengukur kecepatan sebuah kendaraan jika jarak dan waktunya telah diketahui. Maka urutan penyelesaian masalahnya adalah dengan membagi jarak dengan waktu, sehingga mendapatkan hasil kecepatan kendaraan tersebut.

Orang yang berfikir bercabang biasanya melihat masalah dari berbagai sisi, dan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya sesuai prioritas yang sangat bergantung pada situasi dan kondisi, bukan sesuai urutan. Sebagai contoh seorang pembuat film, ketika membuat skrip film dia harus mempertimbangkan aktor, tempat, budget tersedia, ketersediaan waktu, kemudian mengimbangkannya dengan kreativitas, ketersediaan tenaga kerja (i.e. kameramen), ketersediaan alat, lama video yang paling ideal, dan lain sebagainya. Sering kali orang yang mampu berfikir bercabang tidak mengukur penyelesaian masalah dengan “selesai” dan “tidak selesai”, namun berapa persen selesainya, aspek apa yang paling menonjol, dan apa yang bisa diperbaiki kedepan.

Tidak ada yang Murni

Setiap orang memiliki kecenderungan berfikir dengan kedua metode ini. Tidak ada yang 100% berfikir lurus atau sebaliknya. Kadangkala juga tergantung masalah dan pemahaman seseorang terhadap masalah tersebut. Namun ada banyak orang yang dominan berfikir linear atau bercabang. Orang yang dominan berfikir linear tetapi tidak memiliki instrumen yang cukup untuk melakukannya, tidak akan mampu menyelesaikan sebuah masalah. Karena otak sama seperti organ tubuh yang lain, akan semakin kuat jika diperkuat dengan sebuah alat. Kaki akan mampu berjalan lebih jauh jika diperkuat dengan sepeda. Mata akan mampu melihat lebih jauh jika diperkuat dengan teropong, dan seterusnya. Begitu juga dengan pikiran. Namun apa yang mampu memperkuat pikiran?

Instrumen berfikir

Tabel, matrik, bone fish analysis, mind map, adalah diantara instrumen yang membantu berfikir. Seseorang yang memiliki kecenderungan berfikir liear maupun bercabang harus menggunakan alat-alat ini untuk berfikir dan mengambil keputusan.

Masalah Multivarian

Realita tidak segampang soal matematika. Ketika ada sebuah masalah biasanya memiliki banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum masalah tersebut diselesaikan. Penyelesaian sebuah masalah dengan tidak memahami hal ini mengakibatkan penyelesaian masalah yang mungkin akan menimbulkan masalah baru.

Karena sebuah masalah memiliki banyak faktor terkait maka kadangkala seseorang perlu untuk menyelesaikan masalah tersebut sambil terus mengamati dan mencari faktor-faktor terkait lainnya, lalu merubah solusi sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.