(1). Imam asy-Syafi’i رحمه الله berkata :
“Tutupi kesalahanku dgn nasehatmu saat aku sendiri. Hindari menasihatiku pada khalayak yg ramai, karena memberikan nasihat di hadapan banyak orang sama saja dengan memburuk-burukkan, & aku tidak sudi untuk mendengarnya. Apabila engkau menyalahiku dan juga tidak mau untuk mengikuti ucapanku, maka jangan engkau kaget apabila nasehatmu tidak ditaati” (Diwaan al-Imam asy-Syafi’i 275)

(2). Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
“Mengeluarkan keburukan (seseorang) & menyebarkannya dengan kedok nasehat. Dia perlihatkan rasa kasihan serta sedih kepada orang yg dinasehatinya, padahal di batinnya ingin menjelekkannya adalah perbuatan kaum munafiqin yg telah Allah cela” (Al-Farqu Baina Ta’yir wa Nashihah)

(3). Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata :
“Perlu diketahui bahwasanya nasehat itu adalah pembicaraan yang dilakukan secara rahasia di antaramu dengannya, karena apabila engkau menasehatinya secara rahasia dengan empat mata, mk sangat membekas pada dirinya, dan dia pun tahu bhwa engkau pemberi nasehat. Tetapi apabila engkau membicarakannya di hadapan orang banyak, maka besar kemungkinan bangkit kesombongannya yg menyebabkan dia pun berbuat dosa dgn tidak menerima nasehat, & mungkin menyangka engkau ingin balas dendam dan mendiskreditkannya serta bertujuan utk menjatuhkan kedudukannya di mata manusia sehingga dia tidak menerima isi
nasehat tersebut. Tetapi apabila hal itu dilakukan secara rahasia antara dirimu & dia berdua, maka nasehatmu itu amat berarti baginya, dan dia akan menerima darimu” (Syarah Riyaadhus Shaalihiin IV/483)

by: Ustadz Najmi Umar Bakkar