NASIHAT DARI AYAH (alnamus.com/id/nasihat-dari-ayah/)
Allah SWT tidak selalu menyebut nama seseorang dalam Al-Qur’an. Ketika kita melihat orang-orang hebat namun namanya tidak disebut, maka ketika nama Luqman disebut, ada yang sangat penting dari sosok ini. Nabi Khaidir a.s dengan ilmu “ladunninya” dalam cerita nabi Musa a.s tidak Allah sebutkan namanya. Abu Bakar a.s ketika menemani Rasulullah SAW di gua Hira juga tidak disebut namanya. Namun Zaid, anak angkat nabi Muhammad SAW, dalam cerita perceraiannya dengan Zainab r.a disebutkan namanya. Atau nama Abu Lahab dalam surat Al-Masad (QS-111:1). Jadi, penyebutan nama Luqman, yang menurut mayoritas ulama bukanlah seorang nabi merupakan hal besar. Ada sesuatu dari pribadi, perkataan, dan perbuatan Luqman yang sangat penting, sehingga Allah SWT menjadikannya selebriti didalam kitabnya, Al-Qur’an. Sebuah kitab yang akan menjadi petunjuk bagi triliunan orang sepanjang masa sampai kiamat tiba. Tidak hanya itu, Luqman Allah SWT jadikan sebagai nama salah satu surat didalam Al-Qur’an. Mengapa Luq’man begitu istimewa disisi Allah SWT? Kita dapat melihatnya di Qur’an surat Luqman (no.31) ayat 12 dan 13 berikut ini (QS 31:12-13).
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَـٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌۭ ١٢
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS 31:12)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ ١٣
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(QS 31:13)
Ayat ini dilanjutkan dengan أَنِ ٱشْكُرْ (Anisykur lillah), yang berarti secara terus-menerus mendorong dirinya untuk bersyukur kepada Allah SWT. Perintah untuk menjadi orang yang bersyukur merupakan salah satu hal yang sering sekali disebutkan dalam Al-Qur’an. Artinya ini merupakan hal penting sekali. Misalnya, setelah Bani Israil selamat dari kejaran Fir’aun dan sekarang ribuan mereka terdampar di sebuah tempat yang sangat asing dengan mereka. Bayangkan seberapa kacaunya situasi ketika itu. Panasnya gurun pasir, ribuan orang ini kelelahan karena baru saja melarikan diri dari kejaran Fir’aun, anak-anak yang menangis karena kelaparan, orang tua renta dan perempuan, anak-anak muda yang mulai kesal dan memprovokasi massa. Dalam situasi tersebut, Nabi Musa a.s berceramah. Namun ternyata ceramah beliau bukan peringatan untuk bersabar, namun peringatan untuk bersyukur”…لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ”
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim 14: 6-8).
Ini cukup masuk akal. Ketika seseorang bersyukur, maka dia akan mampu bersabar. kata-kata syukur ini berbeda dengan kata-kata ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ (alhamdulillah). Alhamd berarti mengucapkan terimakasih. Syukur berarti mengucapkan terimakasih dan memuji orang tersebut. Ada orang memberikan kita sesuatu, kita ucapkan terimakasih, namun kadangkala orang tersebut tidak kita puji. Misalnya ketika kita meminjam hal kecil dari seseorang seperti seorang tetangga meminjam piring untuk kebutuhan pesta, lalu dia mengatakan “terimakasih”. Dia tidak akan memuji yang meminjamkan dan mengatakan “Sungguh kamu berhati mulia dan pemurah”. Contoh lainnya adalah Nabi Musa a.s terhadap ayah angkatnya Fir’aun. Nabi Musa a.s berterimakasih terhadap Ayahnya karena telah membolehkan Nabi Musa a.s hidup nyaman dan tumbuh besar di istananya. Namun Nabi Musa a.s tidak akan memuji Ayahnya tersebut karena Ayah angkat-nya bukanlah orang yang terpuji. Fir’aun merupakan manusia yang digambarkan sangat jahat didalam Al-Qur’an. Sehingga dia tidak pantas mendapatkan pujian tersebut.
Orang yang bersyukur adalah orang yang memahami hal ini, dan salah satu diantara hamba Allah SWT yang patut menjadi panutan sebagai seorang hamba yang bersyukur adalah Luqman. Tidak hanya beliau memiliki ilmu dan karakter bersyukur, namun karena hikmah yang beliau miliki, beliau juga terus menerus mengingatkan dirinya untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Source: Nouman Ali Khan: https://www.youtube.com/watch?v=ipUHNiyUfLw&t=1131&ab_channel=BayyinahInstitute
Komentar Terbaru